Dari
Kegiatan seribu Anak Misioner Empat Paroki di Surabaya
Siang
itu alunan musik disertai nyanyian cukup merdu terdengar di salah satu ruangan
di Paroki Hati Kudus Yesus (HKY),
Surabaya. Anak-anak baru selesai makan siang. Tapi karena semangatnya mereka
pun tidak merasa lelah. Mereka adalah kelompok St Dominikus Savio yang tengah
mengadakan kegiatan Seribu Anak Misioner. Kelompok ini mengadakan kunjungan ke
Paroki HKY dengan tujuan menimba pengetahuan tentang benda-benda suci dan
peralatan misa juga mengunjungi kantor keuskupan.
Keceriaan
anak-anak luar biasa. Mereka bertanya dan bertanya tentang hal-hal yang mereka
tidak tahu. “Kalau ini namanya apa Kak,” tanya anak-anak ke pendamping. Setelah
berkeliling ke HKY, anak-anak kelas 1-3 diajak bermain kuis Benar atau Salah
yang pertanyaannya diambil dari seputar HKY saat mereka berkelilng itu. Itulah
sebuah gambaran suasana yang terlihat di Paroki Hati Kudus Yesus dan Keuskupan
Surabaya, pada hari kedua, 27 Juni 2014.
Sementara
itu, Kelompok Santa Theresia Liseux memilih tempat untuk bermisioner di Panti
Asuhan Bhakti Luhur di Tropodo, Sidoarjo. Di tempat ini anak-anak bergabung
anak-anak panti asuhan. Mereka bisa bernyanyi sama-sama, makan bersama dan
menyaksikan drama secara bersama-sama.
Malah anak-anak misoner berfoto bersama anak-anak panti asuhan sebagai
kenang-kenangan.
Kelompok
Fransiskus Asisi memilih bermisioner ke hutan mangrove. Anak-anak misoner
memang diajarkan bagaimana memahami dan mencintai tumbuhan serta alam.
Anak-anak juga diajarkan untuk menghargai ciptaan Tuhan. Kegiatan-kegiatan yang
mereka lakukan antara lain, menumpang perahu, menimbapengalaman menanam bibit
mangrove.
Kegiatan
ini sangat bermanfaat agar anak-anak lebih mencintai tanaman dan alam semesta.
Mereka juga bisa mencintai alam semesta ciptaan Tuhan. Gerakan-bersih-bersih
juga mereka lakukan dengan menyumbang beberapa tong sampah yang bertuliskan
1000 AM yang merupakan hasil karya sendiri yang dikerjakan anak-anak misioner
pada hari pertama.
Kegiatan
1000 Anak Misioner merupakan kolaborasi empat paroki di Kevikepan Surabaya
Barat: Paroki Redemptor Mundi, Paroki Aloysius Gonzaga, Paroki St Stefanus, dan
Paroki St Yakobus, Citraland. Keempat pastor paroki ini (Romo Andreas
Kurniawan, OP, Romo Hardi, Romo Paulus Gusti, dan Romo Prima Novianto) melihat
antusiasme anak-anak yang begitu besar alangkah baik di masa liburan ini,
mereka diberi kesibukan yang bermanfaat. Hasil kolaborasi keempat paroki ini
sudah menghasilkan apa yang dinamakan pemahaman, keguyuban, berbagi, iman dan kasih
di antara mereka. Kegiatan ini memakai tema: The Mission of Love dengan menekankan kepada sisi 2D2K (Doa,
Derma, Kurban, Kesaksian).
Lantas,
apa sebenarnya tujuan dari kegiatan 1.000 Anak Misioner? Memperkenalkan Firman Allah kepada anak-anak
melalui “learning by doing” dengan cara
menyenangkan sekaligus menyampaikan arti misioner yang sesungguhnya berdasarkan
Alkitab. Membimbing anak-anak dalam meneladan Santo Santa. Memperkenalkan
ordo-ordo romo, frater dan suster; mengisi liburan dengan acara yang
bermanfaat. Memberikan kesempatan pada anak-anak untuk bertemu dengan
teman-temannya dari paroki lain dan menyadari bahwa Katolik adalah satu
kesatuan.
*****
Kegiatan
selama tiga hari (24-26 Juni) cukup melelahkan, namun kondisi tersebut tidak
dirasakan anak-anak BIAK. Apa saja kegiatan hari pertama? Memang hari pertama
diadakan di paroki masing-masing. Namun sederetan acara tetap berjalan lancar
dimulai dengan misa dilanjutkan dengan konsep, atribut, seragam, makanan, games
dan tata cara yang sama. Yang tidak kalah penting pada hari pertama ini,
anak-anak diperkenalkan pada tokoh santo dan santa. Santo Dominikus Savio
(kelas 1-2), Santa Theresia Liseux (kelas 2-3), Santo Fransiskus Asisi (kelas
5-6).
Sesi
ini sangat penting, agar anak-anak lebih mengenal dan bisa meniru apa yang
dilakukan para santo santa ini pada masa hidupnya. Salah satu contoh, pada drama Dominikus Savio, panitia menyediakan
binatang seperti kelinci, ayam dan lainnya. Hal ini agar anak-anak lebih paham
kalau Dominikus juga mencintai hewan piaraan.
Kegiatan
di hari kedua, dari kelompok kecil di tiap paroki, kemudian bergabung menjadi
satu. Dari masing-masing paroki dengan kelompoknya masing-masing bergabung
menjadi satu. Kelompok Dominikus Savio diarahkan bermisioner ke Keuskupan
Surabaya dan Hati Kudus Yesus. Di sanalah anak-anak lebih bermisioner
sebagai kader-kader yang mengenal dan
mengerti apa itu gereja dan artibutnya. Anak-anak juga diperkenalkan beberapa
ruangan di Keuskupan dan alat-alat misa. Pasalnya, atribut dan alat-alat misa,
hanya segelintir umat yang memahami atau mengerti.
Kegiatan
di hari ketiga yang juga penutupan kegiatan 1000 Anak Misoner berlangsung cukup
semarak. Kegiatan berpusat di Paroki Yakobus. Sejak pagi anak-anak sudah
berkumpul untuk menyaksikan beberapa kegiatan seperti drama, atraksi,
rangkuman kegiatan. Pada malam penutupan itu, terlihat anak-anak di satu sisi
mereka larut dalam kegembiraan di sisi lain mereka kehilangan teman-teman yang
beberapa ini selalu bersama mereka.
DOA
mereka lakukan dalam misa dalam misa dan doa-doa harian mereka, DERMA mereka
lakukan dengan pengumpulan kolekte dan hasilnya akan disumbangkan ke panti
asuhan dan bantuan pada sekolah minus di NTT, yaitu sekolah dasar Katolik St
Elisabeth Lewuka, Lembata. KURBAN mereka lakukan dengan memberi takan tentang
kasih Allah yang sungguh luar biasa.
Pastor
Paroki Aloysius Gonzaga, Romo FX Hardi Aswinarno mengatakan, dia merasa sangat
terkesan dengan kegiatan tersebut. Apalagi, kegiatan ini melibatkan banyak
peserta dan panitia. “Saya merasa bangga dengan kemandirian OMK dalam
menyelenggarakan kegiatan ini. Saya merasa ini wujud nyata program BIAK pada
tahun ini (tahun misioner). Pada kegiatan ini, peserta diajak untuk berkarya di
tengah masyarakat sebagai orang Katolik.
Saya berharap, panitia bisa
merefleksikan kegiatan yang sudah dikerjakan ini sehingga bisa bermakna juga
bagi panitia sehingga menghasilkan buah-buah rohani dan bisa menjadi perbaikan
untuk tahun berikutnya. Saya akan siap mendukung jika panitia siap untuk
menyelenggarakan kembali acara ini pada tahun depan,” kata Romo Hardi bangga.
Sementara
Romo Andreas Kurniawan, OP, Pastor Paroki Redemptor Mundi dalam homilinya pada
misa pembukaan kegiatan inik berpesan kepada anak-anak agar selama hidup harus
berlajar untuk berbagi kasih, berani untuk melayani Tuhan, dan berani berkorban
untuk sesama atau yang membutuhkan dan harus banyak berdoa.
“Bila
kita banyak berdoa, berbagi dengan yang lain, kita akan dikuatkan dan iman kita
semakin kokoh,” kata Romo Andrei. Agar anak-anak semakin paham, Romo Andrei
kemudian bermain sulap. “Kalau kita tidak berdoa, tidak pernah berbagi kasih
dengan yang lain, kita akan lemah. Kalau kita lemah. Seperti balon ini, kalau
kita tusuk dengan paku dia akan meledak. Tapi kalau iman kita kuat, kita sering
berdoa, berbagi kasih dengan yang lain, biarpun ditusuk dengan banyak paku
seperti ini, balon pun tidak akan meledak karena iman kita kuat,” gerr disambut
tawa anak-anak ketika balon itu tidak meledak.
Romo
Andrei menambahkan, hidup juga membutuhkan komunikasi dan saling terbuka dengan
lain serta mau menolong dan memaafkan.
Sementara
itu, ketua umum panitia, Nanik Yuliani mengatakan sangat berterima kasih kepada
teman-teman panitia dari empat paroki yang ada. Menurut Nanik, bergabungnya
kepanitiaan dari empat paroki membuat kegiatan bisa terlaksana dengan baik dan
semua pada akhirnya indah setelah melewati 2D2K. Nanik menambahkan, kerja keras
dari panitia menandakan sebuah pengorbanan yang membuahkan kasih. “Nantinya baru kita rasakan, sungguh besar
karya Allah, sungguh nyata dalam acara 1000 AM,” kata Nanik.
Lucia
Lusyana Setijani salah satu panitia inti dari Paroki St Yakobus mengatakan,
mengadakan acara besar seperti ini memang tidak gampang namun banyak hal yang
bisa direfleksikan. Ibu yang juga disapa Bu Toto ini menambahkan, dengan
kegiatan ini, para pembimbing tidak hanya sekadar melihat hasil akhir tetapi
juga belajar dari proses yang sudah berlangsung. “Kita belajar untuk membangun
kerja sama, mendukung, meninggalkan ego kita masing-masing. Memang tidak
gampang mengembangkan satu hati. Kita juga belajar menjadi lebih rendah hati,”
tuturnya.
Apakah
kolaborasi dengan paroki lain merupakan suatu pilihan yang tepat? “Kolaborasi
dengan paroki-paroki lain bila memungkinkan
baik juga, tapi kegiatan yang skalanya lebih besar dan sebaiknya jangan setiap
tahun. Saya lebih setuju kalau diadakan tiap tiga tahun atau lima tahun
sekali,” katanya.
Bu
Luci menyebutkan dengan kegiatan seperti ini banyak manfaat yang diambil antara
lain anak-anak bisa mengobarkan api semangat
kebersamaan. “Saya boleh usul, agar kegiatan-kegiatan kecil di paroki
masing-masing sebaiknya terus
diselenggarakan secara rutin. Ini diadakan supaya kita sudah mempekuat
kesadaran sebagai warga gereja. Selain itu, memberi pemahaman kepada anak-anak
akan Kitab Suci, hidup ber-KKU dan bermisioner,” sebut Bu Luci. (herman yos
kiwanuka)
No comments:
Post a Comment