Friday, November 14, 2014

THE MISSION OF LOVE di Surabaya Barat

Dari Kegiatan seribu Anak Misioner Empat Paroki di Surabaya

Siang itu alunan musik disertai nyanyian cukup merdu terdengar di salah satu ruangan di Paroki Hati Kudus  Yesus (HKY), Surabaya. Anak-anak baru selesai makan siang. Tapi karena semangatnya mereka pun tidak merasa lelah. Mereka adalah kelompok St Dominikus Savio yang tengah mengadakan kegiatan Seribu Anak Misioner. Kelompok ini mengadakan kunjungan ke Paroki HKY dengan tujuan menimba pengetahuan tentang benda-benda suci dan peralatan misa juga mengunjungi kantor keuskupan.

Keceriaan anak-anak luar biasa. Mereka bertanya dan bertanya tentang hal-hal yang mereka tidak tahu. “Kalau ini namanya apa Kak,” tanya anak-anak ke pendamping. Setelah berkeliling ke HKY, anak-anak kelas 1-3 diajak bermain kuis Benar atau Salah yang pertanyaannya diambil dari seputar HKY saat mereka berkelilng itu. Itulah sebuah gambaran suasana yang terlihat di Paroki Hati Kudus Yesus dan Keuskupan Surabaya, pada hari kedua, 27 Juni 2014.

Sementara itu, Kelompok Santa Theresia Liseux memilih tempat untuk bermisioner di Panti Asuhan Bhakti Luhur di Tropodo, Sidoarjo. Di tempat ini anak-anak bergabung anak-anak panti asuhan. Mereka bisa bernyanyi sama-sama, makan bersama dan menyaksikan  drama secara bersama-sama. Malah anak-anak misoner berfoto bersama anak-anak panti asuhan sebagai kenang-kenangan.

Kelompok Fransiskus Asisi memilih bermisioner ke hutan mangrove. Anak-anak misoner memang diajarkan bagaimana memahami dan mencintai tumbuhan serta alam. Anak-anak juga diajarkan untuk menghargai ciptaan Tuhan. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan antara lain, menumpang perahu, menimbapengalaman menanam bibit mangrove.

Kegiatan ini sangat bermanfaat agar anak-anak lebih mencintai tanaman dan alam semesta. Mereka juga bisa mencintai alam semesta ciptaan Tuhan. Gerakan-bersih-bersih juga mereka lakukan dengan menyumbang beberapa tong sampah yang bertuliskan 1000 AM yang merupakan hasil karya sendiri yang dikerjakan anak-anak misioner pada hari pertama.

Kegiatan 1000 Anak Misioner merupakan kolaborasi empat paroki di Kevikepan Surabaya Barat: Paroki Redemptor Mundi, Paroki Aloysius Gonzaga, Paroki St Stefanus, dan Paroki St Yakobus, Citraland. Keempat pastor paroki ini (Romo Andreas Kurniawan, OP, Romo Hardi, Romo Paulus Gusti, dan Romo Prima Novianto) melihat antusiasme anak-anak yang begitu besar alangkah baik di masa liburan ini, mereka diberi kesibukan yang bermanfaat. Hasil kolaborasi keempat paroki ini sudah menghasilkan apa yang dinamakan pemahaman, keguyuban, berbagi, iman dan kasih di antara mereka. Kegiatan ini memakai tema: The Mission of Love  dengan menekankan kepada sisi 2D2K (Doa, Derma, Kurban, Kesaksian).

Lantas, apa sebenarnya tujuan dari kegiatan 1.000 Anak Misioner?  Memperkenalkan Firman Allah kepada anak-anak melalui “learning by doing”  dengan cara menyenangkan sekaligus menyampaikan arti misioner yang sesungguhnya berdasarkan Alkitab. Membimbing anak-anak dalam meneladan Santo Santa. Memperkenalkan ordo-ordo romo, frater dan suster; mengisi liburan dengan acara yang bermanfaat. Memberikan kesempatan pada anak-anak untuk bertemu dengan teman-temannya dari paroki lain dan menyadari bahwa Katolik adalah satu kesatuan.

*****

Kegiatan selama tiga hari (24-26 Juni) cukup melelahkan, namun kondisi tersebut tidak dirasakan anak-anak BIAK. Apa saja kegiatan hari pertama? Memang hari pertama diadakan di paroki masing-masing. Namun sederetan acara tetap berjalan lancar dimulai dengan misa dilanjutkan dengan konsep, atribut, seragam, makanan, games dan tata cara yang sama. Yang tidak kalah penting pada hari pertama ini, anak-anak diperkenalkan pada tokoh santo dan santa. Santo Dominikus Savio (kelas 1-2), Santa Theresia Liseux (kelas 2-3), Santo Fransiskus Asisi (kelas 5-6).

Sesi ini sangat penting, agar anak-anak lebih mengenal dan bisa meniru apa yang dilakukan para santo santa ini pada masa hidupnya. Salah satu contoh, pada  drama Dominikus Savio, panitia menyediakan binatang seperti kelinci, ayam dan lainnya. Hal ini agar anak-anak lebih paham kalau Dominikus juga mencintai hewan piaraan.

Kegiatan di hari kedua, dari kelompok kecil di tiap paroki, kemudian bergabung menjadi satu. Dari masing-masing paroki dengan kelompoknya masing-masing bergabung menjadi satu. Kelompok Dominikus Savio diarahkan bermisioner ke Keuskupan Surabaya dan Hati Kudus Yesus. Di sanalah anak-anak lebih bermisioner sebagai  kader-kader yang mengenal dan mengerti apa itu gereja dan artibutnya. Anak-anak juga diperkenalkan beberapa ruangan di Keuskupan dan alat-alat misa. Pasalnya, atribut dan alat-alat misa, hanya segelintir umat yang memahami atau mengerti.

Kegiatan di hari ketiga yang juga penutupan kegiatan 1000 Anak Misoner berlangsung cukup semarak. Kegiatan berpusat di Paroki Yakobus. Sejak pagi anak-anak sudah berkumpul  untuk menyaksikan  beberapa kegiatan seperti drama, atraksi, rangkuman kegiatan. Pada malam penutupan itu, terlihat anak-anak di satu sisi mereka larut dalam kegembiraan di sisi lain mereka kehilangan teman-teman yang beberapa ini selalu bersama mereka.

DOA mereka lakukan dalam misa dalam misa dan doa-doa harian mereka, DERMA mereka lakukan dengan pengumpulan kolekte dan hasilnya akan disumbangkan ke panti asuhan dan bantuan pada sekolah minus di NTT, yaitu sekolah dasar Katolik St Elisabeth Lewuka, Lembata. KURBAN mereka lakukan dengan memberi takan tentang kasih Allah yang sungguh luar biasa.

Pastor Paroki Aloysius Gonzaga, Romo FX Hardi Aswinarno mengatakan, dia merasa sangat terkesan dengan kegiatan tersebut. Apalagi, kegiatan ini melibatkan banyak peserta dan panitia. “Saya merasa bangga dengan kemandirian OMK dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Saya merasa ini wujud nyata program BIAK pada tahun ini (tahun misioner). Pada kegiatan ini, peserta diajak untuk berkarya di tengah masyarakat sebagai orang Katolik. 
Saya berharap, panitia bisa merefleksikan kegiatan yang sudah dikerjakan ini sehingga bisa bermakna juga bagi panitia sehingga menghasilkan buah-buah rohani dan bisa menjadi perbaikan untuk tahun berikutnya. Saya akan siap mendukung jika panitia siap untuk menyelenggarakan kembali acara ini pada tahun depan,” kata Romo Hardi bangga.

Sementara Romo Andreas Kurniawan, OP, Pastor Paroki Redemptor Mundi dalam homilinya pada misa pembukaan kegiatan inik berpesan kepada anak-anak agar selama hidup harus berlajar untuk berbagi kasih, berani untuk melayani Tuhan, dan berani berkorban untuk sesama atau yang membutuhkan dan harus banyak berdoa.

“Bila kita banyak berdoa, berbagi dengan yang lain, kita akan dikuatkan dan iman kita semakin kokoh,” kata Romo Andrei. Agar anak-anak semakin paham, Romo Andrei kemudian bermain sulap. “Kalau kita tidak berdoa, tidak pernah berbagi kasih dengan yang lain, kita akan lemah. Kalau kita lemah. Seperti balon ini, kalau kita tusuk dengan paku dia akan meledak. Tapi kalau iman kita kuat, kita sering berdoa, berbagi kasih dengan yang lain, biarpun ditusuk dengan banyak paku seperti ini, balon pun tidak akan meledak karena iman kita kuat,” gerr disambut tawa anak-anak ketika balon itu tidak meledak. 

Romo Andrei menambahkan, hidup juga membutuhkan komunikasi dan saling terbuka dengan lain serta mau menolong dan memaafkan.

Sementara itu, ketua umum panitia, Nanik Yuliani mengatakan sangat berterima kasih kepada teman-teman panitia dari empat paroki yang ada. Menurut Nanik, bergabungnya kepanitiaan dari empat paroki membuat kegiatan bisa terlaksana dengan baik dan semua pada akhirnya indah setelah melewati 2D2K. Nanik menambahkan, kerja keras dari panitia menandakan sebuah pengorbanan yang membuahkan kasih.  “Nantinya baru kita rasakan, sungguh besar karya Allah, sungguh nyata dalam acara 1000 AM,” kata Nanik.

Lucia Lusyana Setijani salah satu panitia inti dari Paroki St Yakobus mengatakan, mengadakan acara besar seperti ini memang tidak gampang namun banyak hal yang bisa direfleksikan. Ibu yang juga disapa Bu Toto ini menambahkan, dengan kegiatan ini, para pembimbing tidak hanya sekadar melihat hasil akhir tetapi juga belajar dari proses yang sudah berlangsung. “Kita belajar untuk membangun kerja sama, mendukung, meninggalkan ego kita masing-masing. Memang tidak gampang mengembangkan satu hati. Kita juga belajar menjadi lebih rendah hati,” tuturnya.

Apakah kolaborasi dengan paroki lain merupakan suatu pilihan yang tepat? “Kolaborasi dengan  paroki-paroki lain bila memungkinkan baik juga, tapi kegiatan yang skalanya lebih besar dan sebaiknya jangan setiap tahun. Saya lebih setuju kalau diadakan tiap tiga tahun atau lima tahun sekali,” katanya.

Bu Luci menyebutkan dengan kegiatan seperti ini banyak manfaat yang diambil antara lain anak-anak bisa mengobarkan api semangat  kebersamaan. “Saya boleh usul, agar kegiatan-kegiatan kecil di paroki masing-masing  sebaiknya terus diselenggarakan secara rutin. Ini diadakan supaya kita sudah mempekuat kesadaran sebagai warga gereja. Selain itu, memberi pemahaman kepada anak-anak akan Kitab Suci, hidup ber-KKU dan bermisioner,” sebut Bu Luci. (herman yos kiwanuka)

No comments:

Post a Comment