Wednesday, November 12, 2014

Grotto Maria di Paroki GYB dan Tirakatan

Dalam suasana bulan Maria, Jumat (16/5/2014), umat Paroki Gembala Yang Baik (GYB), Surabaya, memperingati 11 tahun berdirinya Grotto Maria di kompleks gereja yang berlokasi di Jalan Jemur Handayani, Surabaya, itu. Peringatan tersebut didahului dengan misa kudus di gereja yang dikurbankan oleh Romo Mansuetus Bao SVD. Dilanjutkan dengan pentakhtaan Sakramen Mahakudus.

Acara peringatan itu sendiri didahului dengan Doa Rosario dan dihadiri sebagian besar umat yang mengikuti misa. Dalam kesempatan itu, Romo Romo Damianus Weru SVD melakukan pemotongan tumpeng yang diberikan pertama kali untuk pasutri Lydia–Gondo. Pasutri ini merayakan ulang tahun ke–43 pada tanggal yang sama. Acara berakhir pada pukul 20.00.

Romo Damianus dalam sambutannya mengingatkan umat Katolik untuk selalu setia kepada Tuhan dalam hidupnya. Umat juga perlu aktif mengadakan pertobatan, ekaristi, rosario, dan adorasi. Romo yang terbaru tiba dari Vatikan itu menggambarkan bagaimana peran Bunda Maria bagi kepentingan dan keselamatan umat Allah. Salah satunya adalah penyelamatan jiwa Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II dari percobaan pembunuhan pada tahun 1981. Mendiang Sri Paus yang baru saja dikanonisasikan sebagai santo (orang kudus) ini sangat yakin bahwa beliau dilindungi jiwanya oleh Bunda Maria.

Selain untuk doa pribadi, setiap malam selasa Kliwon atau Anggoro Kasih, sejumlah umat Paroki GYB mengadakan tirakatan di depan Grotto Maria. Acara ritual ala budaya Jawa itu bertujuan untuk membangun, membangkitkan, dan meningkatkan  rasa semangat kasih kepada sesama.

Bagaimana ritual Kejawen bisa diadopsi dalam ritual gereja? Sebagaimana kita ketahui, Gereja Katolik adalah gereja inkulturasi. Gereja yang dapat menerima budaya atau adat setempat. Acara Anggoro Kasih tentu saja disesuaikan dengan tata cara liturgis Gereja Katolik.

Malam Anggoro Kasih ini tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Gereja Maria Assumpta di Pakem, Kaliurang, Jogjakarta, yang sekarang lebih dikenal dengan nama Sumur Kemetiran Mas. Inilah Gereja Katolik pertama yang mengadopsi tirakatan Anggoro Kasih ke dalam devosi gerejawi. Konon, menurut yang punya cerita, dengan tirakatan malam Selasa Kliwon ini, mereka telah terbatas dari bahaya kekeringan yang melanda kawasan Pakem.

Berkat itu berupa sumber air di dalam gereja, tepatnya di bawah kaki altar, dan di bawah patung Bunda Maria yang disebut Ibu Risang Sungkana. Artinya, Ibu yang selalu prihatin akan nasib anak–anaknya. Nah, budaya tirakatan Anggoro Kasih di Gua Maria ini kemudian berkembang luas di berbagai Gereja Katolik di Jawa. (FJB Putroadi T)

No comments:

Post a Comment