Wednesday, November 12, 2014

Ekaristi, Makna dan Keindahannya

Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana di Malang bersama Komunitas Philothea (Komunitas Pencinta Tuhan) menyelenggarakan seminar dengan tema Ekaristi Makna Serta Keindahannya tanggal 4 Mei 2014 di Gedung Srijaya, Surabaya. Romo Rafael Isharianto, CM mewakili panitia menyampaikan bahwa seminar ini diadakan berangkat dari keprihatinan banyaknya orang Katolik yang belum memahami ekaristi dengan baik dan merasakan keindahannya. Padahal, ekaristi merupakan sumber dan puncak kehidupan Kristiani yang merupakan misteri iman yang paling dalam.

Di awal seminar, dua umat Katolik diminta men-sharing-kan pengalaman mereka seputar jatuh bangun dalam menghayati ekaristi, yaitu Fransiskus Handrian dan Florensian Jap. Tampilan sharing ini mengantar peserta seminar kepada sesi-sesi berikut. Kedua umat ini membagikan pengalaman pribadi mereka seperti seberapa sering mereka menghadiri misa, apa yang dicari dengan menghadiri perayaan ekaristi, dan selama ini  sejauh mana mereka telah mampu menangkap keindahan ekaristi.

Sesi pertama yang bertemakan Teologi Keindahan Ekaristi disampaikan Romo Prof Dr Berthold Anton Pareira, O.Carm, Dosen Teologi Biblis STFT Widya Sasana Malang. Keindahan ekaristi adalah keindahan yang tersembunyi karena keindahannya berkaitan dengan misteri iman kita. Untuk memahami indahnya ekaristi, para peserta diajak menikmati dua kisah Injil.

Pertama, Injil tentang penampakan Tuhan Yesus kepada kedua murid-Nya yang sedang dalam perjalanan ke Emaus (Lukas 24:13-35). Kisah Emaus menggambarkan pengalaman murid akan kehadiran Tuhan dalam ekaristi. Mengalami kehadiran Tuhan adalah suatu anugerah dan hal itu baru diberikan lewat suatu perjalanan yang panjang. Yang kedua adalah Injil tentang penampakan Yesus kepada murid-murid ketika mereka berkumpul bersama-sama (Yohanes 20:19-29) menggambarkan bahwa keindahan ekaristi  hanya dapat dilihat dengan pertolongan Roh Kudus.

Perayaan ekaristi dirayakan dengan mempergunakan lambang-lambang yang menandakan hal yang tersembunyi dari iman kita. Untuk melihat tanda-tanda dari misteri yang kita rayakan, kita harus memiliki iman seperti yang dialami oleh murid yang dikasihi Yesus (Yoh 20:1-10). Ekaristi adalah suatu perayaan yang sangat indah, dan bahkan yang paling indah karena seluruh iman kita dirayakan di sana. Ekaristi merupakan misteri. Itulah yang dinyatakan Gereja secara singkat, padat dan megah setelah konsekrasi, Mysterium Fidei (Misteri Iman).

Seruan-seruan lain yang terdengar dalam perayaan ekaristi seperti Sabda Tuhan, Injil Tuhan, Inilah Anak Domba Allah yang menanggung dosa dunia, Tubuh Kristus... memasukkan kita pada misteri. Seluruh perayaan ekaristi bagaikan mengalami suatu puisi yang indah. Kita diantar masuk ke dalam Roh Kristus sendiri. Dia menjiwai dan menyembuhkan kita. Ekaristi membentuk Gereja yang diantar untuk hidup dari misteri. Kita akan merayakan ekaristi secara indah bila kita sudah merasa dibentuk oleh ekaristi.

Pada sesi kedua, Romo Agustinus Lie, CDD, Lic.Spir, Dosen Liturgi STFT Widya Sasana Malang, menyampaikan tema Menikmati Ekaristi. Banyak orang Katolik sering minder ketika diserang orang non-Katolik. Di antaranya, alasan orang Katolik tidak membawa Alkitab, melainkan membawa buku nyanyian ke gereja. Juga tentang khotbah imam yang tidak menarik, nyanyian membosankan, dan bahwa kebaktian di gereja-gereja non-Katolik mempunyai nilai yang sama.

Hal ini terjadi karena banyak orang Katolik tidak bisa menyukai ekaristi, sehingga mereka tidak menikmati ekaristi. Akibatnya, perayaan ekaristi direduksi menjadi khotbah saja dan umat tidak melihat perjumpaan, bahkan persatuan dengan Kristus sebagai inti ekaristi. Ada berbagai cara menikmati ekaristi:

1. Lewat pemahaman teologi yang benar (ekaristi adalah puncak perayaan iman). Maka sebagaimana orang percaya, dengan cara itulah dia berdoa (lex credendi, lex orandi). Dengan pemahaman yang tepat, orang dapat memahami simbol-simbol yang dipakai dalam seluruh ekaristi, baik lewat gerak-gerik, kata-kata, simbol-simbol tertentu.

2. Memahami ekaristi dengan sikap batin dan fisik yang tepat (apa yang ada dalam hati seseorang, sering tampak dan ditampakkan dalam sikap dan tindakan. Sehingga sikap fisik mencerminkan sikap batin).

3. Ikut serta secara antusias (mengikuti ekaristi memang diniati, sehingga menjadi antusias, sebab mengetahui bahwa dalam ekaristi akan berjumpa dengan Kristus sendiri dan menerima rahmat istimewa).

4. Membaca Kitab Suci secara rutin sebab setiap bagian perayaan ekaristi menampakkan karya keselamatan Allah tahap demi tahap. Bacaan dalam ekaristi disusun sedemikian rupa sehingga menjadi sarana katekese dan mistagogi bagi umat beriman, sekaligus juga tempat par excellance perwartaan keselamatan Kristus.

Perayaan ekaristi adalah karunia istimewa dari Allah kepada Gereja. Kekayaan ekaristi tidak akan pernah habis digali, dilihat, dan dinikmati oleh siapa pun. Siapa pun yang berkehendak baik dan mau berjalan bersama Yesus pasti akan bisa menikmati ekaristi.

MUSIK LITURGI

Sesi ketiga, Musik Liturgi  yang indah untuk Perayaan Ekaristi, disampaikan oleh RD Joseph Kristanto Suratman, Dewan Penasihat Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang dan Joachim Agus Tridiatno, praktisi (pengarang dan pelatih lagu/nyanyian Liturgi). Penyampaian tidak hanya secara teoritis namun disertai contoh-contoh lagu yang  dinyanyikan bersama oleh seluruh peserta  sehingga sangat terasa sekali keindahan lagu dan musiknya.

 Menurut Agus, ada beberapa unsur yang membentuk keindahan dalam sebuah nyanyian. Unsur-unsur tersebut bersama-sama (tidak berdiri sendiri) membentuk keindahan sebuah nyanyian, yaitu irama, birama, melodi, tempo dan dinamika, syair, kata-kata dan bahasa. Nyanyian-nyanyian gerejawi mempunyai misi menyampaikan pesan iman kepada umat. Pesan iman itu lebih-lebih digali dari Kitab Suci dan teks-teks Gereja, baik teks-teks liturgi maupun ajaran-ajaran iman Gereja sehingga melalui nyanyian-nyanyian liturgi iman akan terus menerus disegarkan dan diperbarui.

Perayaan liturgi yang utama adalah perayaan ekaristi. Oleh karena itu, nyanyian liturgi sebagian besar diperuntukan bagi perayaan ekaristi. Nyanyian liturgi berbeda dengan nyanyian rohani. Nyanyian liturgi digunakan untuk perayaan liturgi. Nyanyian rohani tidak mempunyai tempat di dalam liturgi.

Nyanyian rohani adalah nyanyian yang dapat memperkaya kerohanian seseorang. Nyanyian rohani dapat dinyanyikan untuk Sekolah Minggu, rekoleksi, pembinaan iman, pertemuan-pertemuan anak-anak, pewartaan atau pelajaran agama, ziarah, renungan, dan lain-lain.

Di akhir seminar, Romo Prof Dr Henricus Pidyanto, O.Carm, Ketua STFT Widya Sasana Malang, menyampaikan bahwa ekaristi yang kaya dan indah perlu dihayati oleh imam maupun umat. Tanpa kerja sama yang baik, ekaristi tidak mungkin  indah. Perlu diadakan penataran mengenai ekaristi agar umat semakin mengerti sehingga dapat menghayatinya dengan lebih baik.

Kalimat bagus yang perlu diingat adalah: Rayakanlah ekaristi seakan-akan itu ekaristimu yang pertama dan terakhir! (*)

No comments:

Post a Comment