Di zaman ini perkembangan teknologi informasi komunikasi semakin pesat. Kerabat atau teman kita yang tinggal jauh sekalipun dapat berkomunikasi dengan kita melalui jejaring sosial, e-mail, video call, voice mail, telepon seluler, dan perangkat teknologi lainnya. Namun, perkembangan teknologi tersebut hendaknya disikapi secara bijak oleh umat Katolik.
Demikian yang disampaikan oleh RD Alfonsus Boedi Prasetijo dalam rekoleksi Hari Komunikasi Sosial Sedunia Ke-48. Acara tersebut diadakan pada hari Minggu (15/6/2014) di Catholic Center Surabaya.
Acara yang diadakan oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Surabaya itu dihadiri oleh tim komsos paroki-paroki, para jurnalis kristiani dari berbagai media cetak maupun elektronik. Turut hadir pula Romo Koordinator Bidang Kerasulan Keuskupan Surabaya RD Aloysius Agus Wijatmiko. Romo Boedi Prasetijo mengatakan bahwa kemajuaan media komunikasi saat ini berkembang dengan pesat. “Hanya sekali klik maka kita dapat berkomunikasi dengan kerabat atau teman kita,” ujarnya.
Di Hari Komunikasi Sosial Sedunia, Gereja memberikan makna kemajuan teknologi informasi melalui pesan Bapa Suci Paus Fransiskus bertema KOMUNIKASI DEMI MELAYANI PERJUMPAAN BUDAYA SEJATI. Maka perlu mengadakan perjumpaan secara nyata kepada siapa saja, selain perjumpaan secara digital melalui alat teknologi komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi hendaknya digunakan sebagai wahana yang menghubungkan antar pribadi menjadi sebuah komunitas atau kelompok kecil. Dengan adanya alat komunikasi, jarak yang terasa jauh menjadi semakin dekat. Dengan adanya perkembangan teknologi, Gereja saat ini ditantang menjadi Gereja yang tanggap dengan situasi tersebut.
“Gereja harus menerima kemajuan teknologi dengan rasa syukur dan memanfaatkannya demi kebaikan bersama seperti menyebarkan ajaran-ajaran Yesus, dokumen-dokumen gereja. Perkembangan teknologi hendaknya dijadikan suatu rahmat untuk memudahkan komunikasi antar pribadi,” kata Romo Boedi.
Romo Boedi Prasetijo berharap, umat Katolik mau melibatkan diri, mengembangkan diri dan mencerdaskan hati nurani melalui teknologi komunikasi yang ada saat ini. Gereja menginginkan umatnya menggunakannya secara bijak dan bertanggung jawab. “Bukan menyebarkan ajaran sesat, provokasi, memfitnah, menjual perempuan melalui alat komunikasi,” ungkapnya.
“Tantangan saat ini, teknologi komunikasi bisa menyebabkan perselisihan, pertengkaran bahkan perceraian. Tantangan lainnya adalah budaya konsumerisme dan individualisme, tidak peduli dengan lingkungan sekitar,” ujar mantan ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Surabaya itu.
Solusinya, kata Romo Boedi Prasetijo, umat Katolik harus memiliki etika dan bertanggung jawab dalam berkomunikasi. “Selain itu, hendaknya harus ada perjumpaan antar pribadi satu sama lain karena manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi.”
Pastor Kepala Paroki Santa Maria Dengan Tidak Bernoda Asal Tulungagung itu menambahkan, perjumpaan adalah ruang di mana kita saling menerima apa adanya. “Budaya perjumpaan sejati inilah, kita dapat berbagi kesedihan maupun hal-hal yang menggembirakan.” (Richard)
No comments:
Post a Comment