Friday, November 14, 2014

Pendampingan Pembina Keluarga oleh Kemenag Jatim

Salah satu usaha yang dilakukan Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur pada tahun anggaran 2014 adalah menyelenggarakan pendampingan pembina keluarga bahagia dan sejahtera yang ada di paroki-paroki di Keuskupan Surabaya dan Keuskupan Malang Malang. Pembimbing Masyarakat Katolik, Kemenag Jatim, Robertus Angkowo, bersama jajarannya melihat adanya budaya global yang menimbulkan perubahan nilai-nilai dalam kehidupan keluarga. Mulai soal gender, kesakralan perkawinan, tanggung jawab, kesopanan, dan sebagainya. Globalisasi itu bisa menggoyahkan keutuhan keluarga Katolik.

Karena itulah, Pembimas Katolik mengadakan pembinaan bagi pembina keluarga Katolik di paroki-paroki se-Jawa Timur. Ada 36 pasutri Katolik yang diundang mengikuti pembinaan di Hotel Inna, Tretes, Pasuruan, pada 21-23 Agustus 2014. Pembimas menghadirkan narasumber RD Agustinus Tri Budi Utomo (Vikjend Keuskupan Surabaya), RP Elenterius Bon, SVD, dan dr. Wahyu Lulus Ariyanto (RKZ Surabaya).

Romo Didik, panggilan Romo Vikjend, menyajikan Arah Pastoral Gereja Katolik dalam pembinaan keluarga. Sebagai pijakan, Romo Didik mengungkapkan hasil riset Komisi Keluarga 2007. Hasil riset itu menyebutkan ada lima penyebab konflik dalam keluarga. Pertama, pribadi pasangan, termasuk pemahaman, dan penghayatan mereka atas makna cinta. Kedua, ekonomi atau keuangan. Ketiga, hadirnya pihak ketiga: PIL/WIL, keluarga besar: mertua, ipar, dsb. Keempat,anak. Kelima, beda suku, budaya, agama, status sosial, pendidikan, dsb.

Selaras dengan Arah Dasar Keuskupan Surabaya 2010-2019, cita-cita Ardas dan prioritas program pastoral keluarga, Romo Didik menjelaskan bahwa program pembinaan keluarga ditujukan kepada kelompok pranikah, keluarga muda, keluarga, dan lansia. Pembinaan keluarga Katolik diarahkan kepada dua aspek: intern dan ekstern. Intern adalah pembinaan secara individu, agar masing-masing pribadi mencapai kedewasaan emosi, pemahaman, dan kerohanian. Kemudian pembinaan secara intern juga diarahkan untuk keluarga yang mengharapkan terbangunnya komunikasi yang sehat dan terjaminnya pendidikan anak.

Sedangkan aspek ekstern menyangkut pemahaman dan pembinaan untuk lingkungan keluarga, lingkungan rumah, pergaulan, pekerjaan, dan pendidikan. Arah pembinaan ini diselaraskan dengan arah pembinaan keluarga oleh pemerintah melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana. Dimensi pembinaan keluarga yang dilakukan Keuskupan Surabaya adalah dimensi pengetahuan, emosi, rohani, dan keterampilan.

Untuk dimensi pengetahuan, disampaikan pemahaman hakikat dan tujuan, pengetahuan  manajemen keluarga dan kesetaraan pria dan wanita. Pada dimensi emosi, pembinaan diarahkan pada pemahaman kepribadian manusia (psikologi), pencapaian pendewasaan diri dan kepiawaian mengolah perasaan. Untuk dimensi rohani, dilakukan melalui retret, liturgi, dan sakramen, doa  dan devosi  keluarga.

Dan, yang terakhir, dimensi keterampilan pembinaan keluarga diarahkan pada penguasaan teknik komunikasi, manajemen ekonomi rumah tangga, resolusi konflik, penanganan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Sementara itu, Romo Elementius Bon SVD lebih mengajak para pasutri untuk berefleksi: Mengapa mencintai dan bagaimana tetap mencintai. Cinta suami istri adalah manifestasi cinta Allah. Karena manusia adalah gambar dan rupa Allah - mengasihi dan saling mengasihi. Seorang laki-laki yang mengambil seorang perempuan sebagai istri dan seorang perempuan yang menjadikan laki sebagai suami dipanggil untuk mengasihi dia seperti Allah.

Romo Elen menjelasnkan bahwa faktor yang menentukan kebahagiaan keluarga adalah KASIH, bukan fisik. Kasih merupakan hubungan dari hati ke hati dan dari jiwa ke jiwa. Tubuh tanpa jiwa adalah materi. Antara tubuh dan jiwa terdapat hubungan erat. Tubuh adalah ekspresi jiwa. "Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?"

Keluarga bahagia adalah keluarga yang dihiasi oleh senyum yang menawan, mata yang bersinar dari kata yang mesra atau sentuhan tangan yang lembut dapat mengarah pada pelukan yang menggairahkan dan cumbuan merupakan pemenuhan akhir dalam kebersamaan.

Selalu perlu disadari bahwa Tubuh adalah jiwa yang kelihatan. Daya tarik terhadap lawan jenis adalah sesuatu yang alami, namun itu tidak bisa dijadikan alasan pasti untuk menikah atau membangun keluarga. Langkah perkawinan itu adalah benar untuk orang Kristen jika dijamin bahwa perkawinan akan mengarahkannya lebih dekat kepada Yesus. Dan, bahwa keduanya akan melayani Yesus bersama-sama dengan lebih penuh daripada hanya sendirian. Perkawinan untuk seorang Kristen bukan semata-mata untuk memuaskan fisik dan keinginan emosionalnya.

Saran dari Romo Elen untuk pasutri: "Jika kamu berpikir tentang keterikatan jiwa orang lain pada hidupmu melalui perkawinan, belajarlah untuk mengasihi, belajarlah membuka hati, belajarlah memikirkan kepentingan orang lain."

Pada sesi ketiga, di hadapan 36 pasutri, dr. Wahyu Lulus Ariyanto memberikan materi seksualitas dalam keluarga. Masukan yang sangat penting dari dr Ari: bila para pembina pasutri mendampingi pasangan muda yang menghadapi konflik akibat seksualitas perlu dijelaskan apa sebenarnya tujuan dari seksualitas. Seksualitas dalam keluarga adalah untuk reproduksi dan rekreasi. Bila ada pasangan yang sudah lama menikah, namun belum juga memperoleh keturunan, kepadanya disarankan agar memeriksakan kesehatan sperma bagi suami dan USG transvaginal bagi istri.

Hindari sikap saling menuduh pasangannya. Dan, saat hubungan intim suami istri itu dimaksudkan sebagai rekreasi, pasangan suami istri haruslah saling memahami kondisi masing-masing. Jangan sampai satu pihak terlalu dominan atau egois. Banyak persoalan yang muncul dalam keluarga diakibatkan oleh hubungan seksual.

Untuk menuju keluarga Katolik bahagia dan sejahtera, dasar utamanya adalah saling mengasihi, saling menerima pasangan seperti apa danya, saling mempercayai dan dapat dipercaya serta setia satu sama lain. Hal-hal inilah yang harus selalu dibangun di tengah situasi dunia yang semakin banyak godaan yang menyerang. Dalam acara pembinaan itu, penghayatan akan nilai-nilai di atas juga dilakukan dengan acara outbond.

Semoga keluarga-keluarga Katolik mengalami kebahagiaan dan kesejahteraan. (Anton Suliyanto)

No comments:

Post a Comment