Itulah benang merah seminar bertajuk “Pemuda Kristiani dalam Sekularitas Modern”. Seminar itu diselenggarakan oleh Badan Kerohanian Katolik Universitas Airlangga Surabaya, Minggu (1/6/2014), di Wisma Pastoran Hati Kudus Yesus, Surabaya. Pembicara dalam seminar tersebut adalah RD Antonius Benny Susetyo (Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia) dan Seksi Pendidikan Dewan Pastoral Paroki Santo Yakobus Surabaya sekaligus konselor keluarga Paroki Santo Yakobus Surabaya Amelia Hirawan.
Romo Benny Susetyo berkata informasi datang dari mana pun dan kapan pun. Semakin cepat akses informasi maka semakin mudah informasi yang diterima. Oleh karena itu, pemuda kristiani yang cerdas dan beriman harus bisa menyaring segala macam informasi yang masuk dan menggunakan teknologi komunikasi. Jika tidak hati-hati melakukan hal tersebut bisa menimbulkan permasalahan. Itulah salah satu tantangan dari kaum muda Katolik saat ini. Tantangan lain dari pengaruh dunia modern adalah individualisme dan budaya instan.
Amelia Hirawan menimpali, teknologi saat ini berkembang dengan cepat. Anak-anak kecil ini sudah bisa menggunakan alat komunikasi dan mengetahui internet. “Tetapi yang dikhawatirkan adalah orang memiliki sikap individualistis dan sekular. Orang muda mulai memiliki sikap budaya instan dimana ingin semuanya serba cepat, suka jadwal yang fleksibel, tidak ribet, bahkan tidak mau yang berlama-lama,” ungkap dosen psikologi Universitas Airlangga itu.
“Supaya kita dapat mengatasi hal-hal tersebut maka dibutuhkan iman. Beriman itu berintelek dan rasional bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Beriman itu berarti merasakan kehadiran Allah dalam diri kita. Beriman juga tidak untuk diperdengarkan, maksudnya adalah kita tidak harus mengetahui bahwa teman kita atau kita punya iman. Beriman juga harus realistis dimana kita harus tahu kemampuan kita. Imanmu tidak boleh berspekulasi karena akan membunuh dirimu sendiri” tuturnya.
RD Benny menambahkan, memang kita semua memiliki iman. Namun, tidak semua kaum muda Katolik memiliki iman yang dewasa. “Ciri iman yang dewasa adalah tidak mudah goyah akan suatu hal bila ada isu haruslah dipertanyakan kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan dengan tindakan dan perbuatan, punya rasa kasih dan cinta,” kata romo yang juga aktivis hak asasi manusia itu.
Kalau kita memiliki iman yang dewasa, maka tidak akan terseret arus dalam melakukan tindakan jahat, korupsi, dan ketidakjujuran. ”Imanmu haruslah jadi fondasi dalam hidupmu. Jadilah dirimu sendiri sudah mengaktualisasi imanmu. Dasar dari iman adalah cinta kasih,” pesan Romo Benny.
Dengan begitu, kita bisa mengendalikan seluruh hidup kita di dunia ini. Ajaran Yesus dapat kita laksanakan dan sebarkan kepada siapa saja,kapan pun dan dimanapun. Apa pun zamannya kita yang memiliki iman yang kokoh dapat bertahan dan hidup dalam kebenaran.
Selain itu, Orang tua juga memiliki peran penting dalam perkembangan anaknya. Orangtua harus menjadi teladan bagi anaknya. Namun, kelemahannya adalah kurangnya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anaknya yang menyebabkan orangtua tidak tahu apa yang dilakukan anaknya. Romo Benny mengharapkan, orang tua jangan terlalu menyibukkan dirinya sendiri.
“Orang tua perlu mengadakan komunikasi dengan anaknya melalui berbagai macam cara, misalnya makan bersama saat malam atau pagi hari. Orang tua perlu memberikan pendidikan penggunaan media dan teknologi kepada anaknya. Orang tua juga perlu memantau aktivitas anaknya sehari-hari sehingga tahu teman-temannya anaknya,” terangnya. (Richard)
No comments:
Post a Comment