Oleh Stefanus Eka Tommy Maryono
Formandi di Seminari Menengah St. Vincentius a Paulo Garum, Blitar
Di dalam kehidupan, berelasi dengan orang lain merupakan hal yang sangat penting. Hal itu dikarenakan manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. Dewasa ini, cara manusia untuk melakukan relasi telah berkembang pesat. Yang pada awalnya mengandalkan surat-menyurat, sekarang dengan adanya internet, komunikasi manusia menjadi sangat mudah. Hanya dengan mengirim e-mail atau menggunakan media sosial internet yang telah tersedia seperti Facebook, Twitter, dll.
Dengan media sosial internet, para pengguna dapat terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. Hal itu membuat kita dapat mengenal dan dikenal oleh para pengguna media sosial yang terhubung satu dengan yang lain. Tetapi, di sisi lain, ada sebagian dari aktivitas sehari-hari yang semakin menurun akibat media sosial. Media sosial yang semula diciptakan untuk kemudahan berkomunikasi justru semakin membangun ulang kegiatan manusia.
Hal positif yang bisa didapat dari penggunaan media sosial antara lain dapat menghubungkan kita dengan orang yang berada pada jarak yang jauh, tidak sulit untuk digunakan, menghemat waktu, dan membuat pengguna memiliki banyak teman. Penggunaan media sosial juga mempunyai dampak negatif, yaitu membuat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh, menjadi bersikap apatis dengan lingkungan sekitarnya, lebih memilih menghabiskan waktu di dunia maya daripada di dunia nyata, dan dapat berdampak buruk untuk relasi pada kehidupan nyata.
Media sosial internet adalah sebuah media yang para penggunanya dapat dengan mudah ikut ambil bagian didalamnya. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content".
Panggilan imamat adalah suatu rahmat cuma-cuma yang diberikan Allah kepada manusia. Rahmat yang cuma-cuma bukan dimaksudkan sebagai hal yang mengalir dari Allah begitu saja. Namun, manusia juga merasa memiliki daya tarik hidup ilahi, sehingga manusia merasa memiliki suatu dorongan kuat untuk ikut serta penuh dalam hidup ilahi. Dengan kata lain, mengikuti Tuhan melalui jalan imamat.
Dengan begitu, panggilan imamat secara mudah dapat dipahami sebagai Tuhan yang memanggil manusia untuk menjadi imam demi umat Allah dan manusia menanggapi panggilan Tuhan tersebut. Semuanya ini semata-mata demi keselamatan manusia dan Kerajaan Allah.
LALU APA?
Sebenarnya tidak ada yang salah jika seseorang yang berada dalam proses pembinaan calon imam memiliki akun media sosial internet. Hal itu dapat menjadi sarana untuk mewartakan Sabda Tuhan, sesuai dengan Gaudium et Spes art. 62:
“Oleh karena itu hendaknya umat beriman dalam pergaulan erat dengan sesama mereka yang semasa, dan berusaha menyelami dengan saksama corak-corak mereka berpikir dan berperasaan, yang terungkapkan melalui kebudayaan. Hendaknya mereka mempertemukan pengetahuan tentang ilmu-ilmu serta teori-teori yang baru, begitu pula penemuan-penemuan yang mutakhir, dengan tata susila Kristen maupun cara menyampaikan ajaran Kristen, supaya penghayatan agama dan keutuhan moril mereka berjalan sederap dengan ilmu-pengetahuan dan teknologi yang terus maju. Dengan demikian mereka sendiri mampu mempertimbangkan dan menafsirkan segala sesuatu dengan semangat kristen yang utuh.”
Dengan demikian, sudah jelaslah bahwa media sosial internet dapat menjadi sebuah hal yang positif apabila penggunaannya dapat memposisikan diri di tengah dunia dewasa ini. Seseorang yang berada dalam proses pembinaan calon imam sekalipun tidak bisa menghindari kemajuan zaman. Untuk itulah, seorang calon imam dituntut untuk lebih selektif dalam memilih hal-hal yang ditawarkan oleh dunia. Sehingga mutu seorang calon imam ke depannya dapat lebih baik dan diharapkan mampu menghadapi dunia yang semakin maju.
Berkah dalem! (*)
No comments:
Post a Comment