Oleh Prof. Dr. John Tondowidjojo, CM
Tidak ada yang sangat berpengaruh kecuali teladan. Kita tidak pernah melakukan kejahatan atau kebaikan besar tanpa berperilaku yang kurang lebih sama dengan yang diharapkan, terhadap orang lain. (La Rochefoucauld)
Pada suatu hari atau pada peristiwa yang lain, dengan cara yang besar atau kecil, Anda adalah teladan, bahkan ilham bagi orang lain. Hal itu saya kemukakan di sini, karena Anda semua adalah SARJANA yang secara kebetulan pula Anda termasuk dalam salam salah satu wadah Ikatan Sarjana Katolik, (ISKA) sudah selayaknya kalau saya katakan, Anda adalah insipirator bagi orang lain.
Sarjana adalah orang pandai (ahli ilmu pengetahuan), gelar strata satu (S1) yang dicapai oleh seseorang yang telah menamatkan pendidikan tingkat akhir di perguruan tinggi. Karena Anda termasuk dalam kategori ini, diharapkan semua cara berpikir dan tindakan Anda sangat diharapkan oleh sesama. Semua predikat yang telah melekat dalam diri Anda seharusnya tercermin dalam tindakan, sekecil apa pun dalam kehidupan Anda. Hal ini berlaku bahkan ketika Anda tidak menyadari dampak yang Anda miliki.
Anda membuat perbedaan dengan cara Anda menangani krisis pribadi, memperlakukan seorang anak, melakukan pekerjaan Anda, dan menghabiskan waktu luang Anda. Itu wajar bahwa sebagian besar orang mempengaruhi keluarga dan teman-teman, tetangga, dan rekan kerja. Tetapi itu tidak berakhir di sana. Sentuhlah satu kehidupan di sekitar Anda, maka tak terhitung jumlah mereka yang terpengaruh.
Dalam kaitannya ulasan ini, untuk menjawab tantangan ISKA ke depan, saya lebih condong memilih istilah cendekiawan dibandingkan kata sarjana. Cendekiawan adalah (1) orang yang cerdik pandai; (2) intelek; (3) orang yang memiliki sikap hidup yang terus-menerus meningkatkan kemampuan berpikirnya untuk dapat mengetahui atau memahami sesuatu.
Dewasa ini cendekiawan sering dikaitkan dengan mereka yang lulusan universitas. Namun, kenyataannya banyak lulusan universitas bukan jaminan dan dengan sendirinya mereka dapat dikategorikan sebagai seorang cendekiawan. Mengingat bahwa seorang dikategorikan sebagai cendekiawan kalau mereka yang senantiasa adalah pemikir yang berpikir dan mengembangkan (serta) menyumbangkan gagasannya untuk kesejahteraan masyarakat banyak dengan berbagai bentuk, misalnya mengkaji, menganalisis, merumuskan segala persoalan untuk mencari kebenaran dan menegakkan kebenaran itu.
Lebih jauh lagi, seorang yang dikategorikan sebagai intelektual juga seseorang yang mengenali kebenaran dan juga berani memperjuangkan kebenaran itu, meskipun menghadapi tekanan dan ancaman, terutama demi kepentingan masyarakat. Untuk itulah saya lebih cocok memakai kata
CENDEKIAWAN.
Berbicara tentang ISKA, secara otomatis dalam benak saya langsung mengkaitkan nama besar tersebut dengan tiga institusi besar di dalamnya, yaitu Sarjana, Katolik, dan Indonesia. Institusi pertama bernama sarjana, merupakan tradisi yang selalu berkait erat dengan masalah ilmiah, keluasan berpikir. Lebih jauh lagi, seorang dikategorikan sebagai seorang cendekiawan juga seseorang yang mengenali kebenaran dan juga berani memperjuangkan kebenaran itu, meskipun menghadapi tekanan dan ancaman, terutama demi kepentingan masyarakat. Semua itu merupakan hakikat pihak yang menyebut dirinya sarjana.
Institusi kedua tak lain Katolik. Menjadi bentuk tanggung jawab moral pengurus dan anggota ISKA untuk berperilaku sesuai nilai-nilai Katolik. Institusi ketiga bernama Indonesia. Memperjuangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an tak pelak menjadi sebuah keharusan bagi ISKA. Nilai-nilai itu tak lain seperti tercantum dalam butir-butir sila Pancasila. Salah satu butir itu menyebutkan: Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Merujuk pada butir tersebut, seyogyanya para anggota dan pengurus ISKA ikut berperan untuk menegakkan isi salah satu butir Pancasila tersebut.
Misalnya ikut dalam upaya pemberantasan korupsi, salah satunya. Hal ini merupakan tanggung jawab ISKA sebagai kelompok Sarjana Katolik yang berwarga negara Indonesia. Memberantas korupsi nan masif seperti terjadi di Indonesia tidak bisa hanya sebatas tindakan di atas kertas atau berputar dalam lorong-lorong diskusi internal. Muncul ke permukaan, diperhitungkan oleh para politikus, dan pemerintah merupakan pijakan kuat untuk ikut dalam memberantas korupsi.
Inilah pekerjaan rumah ISKA. Bagaimana ISKA memiliki daya gempur melawan tradisi korupsi apabila namanya nyaris tak terdengar?
Masyarakat di sekitar kita cenderung menganggap Anda sebagai panutan/teladan, hal akan ditiru tidak hanya apa yang orang lain katakan, tetapi apa yang Anda lakukan. Banyak figur keteladanan yang dapat kita ambil. Salah satunya figur Maria Guadalupe Vasquez yang ingat akan ibunya ketika mengatakan pada dia dan adik-adiknya dan saudara-saudara, "Kamu layak mendapat sesuatu yang lebih baik."
Meskipun Ibu Vasquez hanya berpendidikan kelas enam sekolah dasar, dia mengajar anak-anak mereka setiap malam setelah seharian di lahan sebagai buruh migran. Mereka meniru kerja kerasnya dengan berkonsentrasi pada studi mereka. Sekarang di usia 18 tahunnya, ia di Stanford University. Lupe juga tutor anak-anak miskin Hispanik lainnya dan membuat mereka tahu bahwa mereka berharga. "Anda dapat membuat perbedaan dalam kehidupan anak-anak jika Anda memberitahu mereka bahwa mereka berharga. Dan Kami melakukannya dengan cinta dan peduli", katanya.
Karena aku telah memberikan pada kamu suatu teladan, supaya kamu juga hendaknya melakukan seperti yang Aku lakukan pada kamu (Yohanes 13:15).
DAYA KETELADANAN
Sebelum berusia 30 tahun, Midard Fuller sedang dalam perjalanan untuk menjadi miliarder dengan usahanya sendiri. Tetapi pengabdian kepada pekerjaan itu mengancam kesehatan dan pernikahannya. Dia membutuhkan tujuan baru dalam hidup. Fuller mengunjungi sebuah komunitas gereja di dekat Americus, Ga, yang dikenal dengan Koinonia Farm, yang dipimpin oleh seorang pria yang percaya akan hidup sederhana dan pekerjaan baik. Clarence Jordan, seorang teolog-petani, menginspirasi Fuller dengan filosofi dan teladan personalnya. Jordan yakin bahwa orang miskin yang tinggal di gubuk-gubuk bobrok di dekat situ dapat meningkatkan diri mereka dengan sedikit dukungan.
"Orang-orang tidak perlu amal," kata Fuller. "Mereka membutuhkan suatu cara untuk membantu diri mereka sendiri." Millard Fuller setuju. Dia mulai apa yang saat ini merupakan sebuah organisasi di seluruh dunia yang tujuannya adalah penghapusan perumahan yang tidak memadai sebagai kesaksian Injil. Habitat for Humanity ia sebut Teologi Palu. Tindakan lebih keras daripada kata-kata, nampaknya adalah klise tetapi itu tetap benar. Setiap hari banyak orang mengungkapkan kebaikan mereka lewat berbagai cara. "Saya tidak perlu mewartakan dengan kata-kata. Saya hanya ingin berkhotbah dengan keteladanan."
EFEK BERIAK
Tindakan kecil itu penting dan efeknya dapat menyebar dari satu atau dua orang sampai seluruh masyarakat. Katie Geneva Canon, profesor di Sekolah Divinity Episkopal di Cambridge, Mass, menvebut gagasan tersebut Etika Kerikil. "Saya tahu Tuhan bekerja melalui saya ketika saya mengajar," kata Rev Canon. "Setiap kerikil kebenaran dilemparkan ke dalam kolam memiliki efek riak."
Dihadapkan dengan masalah yang tampaknya luar biasa itu tergoda untuk tak melakukan apa-apa. Pendekatan yang lebih baik adalah dengan mengenali nilai awal secara sederhana. Michael Moran dari Long Island memulai dengan upaya kecil tapi konsisten untuk mengurangi kelaparan dan rumah-tunawisma. Tujuan awal adalah untuk memberikan makanan bergizi setiap hari pada beberapa orang yang membutuhkan. Idenya tertangkap oleh orang lain, yang kemudian menginspirasi kelompok sukarelawan yang memberikan makanan pada lebih dari 1.200 orang di 17 dapur umum dan delapan tempat penampungan. Biarkan cahaya bersinar di hadapan orang lain, sehingga mereka dapat melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga. (Matius 5:16)
SIAPA YANG MENGINSPIRASI MASYARAKAT
Orang-orang muda dewasa ini menominasikan sosok pahlawan, mulai dari musisi, tokoh olahraga sampai para pemimpin politik. Peraih medali emas Olimpiade Greg Louganis mengalaminya ketika ia meninggalkan kolam renang dan melihat seorang anak 12 tahun merokok. Ditanya mengapa ia merokok, anak itu berkata, "Saya ingin menjadi seperti Anda." Ini membuat dirinya mempertimbangkan kembali alasan untuk merokok. Akibatnya ia berhenti merokok. "Saya lebih baik menerima posisi saya sebagai model peran dan hidup mencapai ideal itu."
Louganis tahu bahwa dirinya merupakan panutan. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang salah jika anak-anak mengikuti jejaknya. HERO (pahlawan) berarti sesuatu yang personal bagi setiap orang muda. "Bagi saya, seorang pahlawan adalah seseorang yang membantu orang lain, yang merupakan pemimpin yang baik." Jadilah penurut-penurut Allah, sebagai anak-anak tercinta, dan hiduplah dalam kasih. (Efesus 5:1)
Banyak keteladanan yang telah saya ungkapkan di atas, jika keteladanan itu melebur dalam diri anggota dan pengurus ISKA, niscaya ke depan akan lebih cerah lagi kiprahnya. Menjawab semua ini saya teringat akan apa yang telah dialami oleh St. Paulus, ketika masa-masa sulit datang, kehidupannya merupakan inspirasi besar bagi saya. Dia terus melangkah, pergi ke kota berikutnya, bercerita sekali lagi, membujuk, meyakinkan, menjual, mendorong, mempromosikan hal-hal mengenai Kristus.
"Mari kita berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita, mencari Yesus pelopor dan penyempurna iman kita" (Ibrani 12:2).
No comments:
Post a Comment