Monday, December 1, 2014

Para Frater Menemukan Oase Panggilan

Mengenal, mendalami, serta melihat situasi sekitar adalah hal yang wajar bagi siapa pun yang menempati sebuah lokasi baru. Namun, bagaimana jadinya jika seseorang harus mengenal dirinya sendiri? Padahal, tubuh, dan jiwa seseorang telah menjadi satu ketika semua itu dilahirkan?

Pengalaman akan mengenal situasi, kondisi, serta lingkungan baru telah dijalani oleh para Frater Tahun Rohani.  Berasal dari berbagai daerah: Surabaya, Blitar, Madiun, Klepu, Mojokerto, Pare, Lombok, bahkan ada pula yang dari Sanggau, Kalimantan Barat, harus beradaptasi di lingkungan dan komunitas baru di Desa Jatijejer, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Dari dua keuskupan yang berbeda, 10 dari Keuskupan Surabaya dan 5 dari Keuskupan Sanggau, Kalimantan Barat, harus berjuang untuk beradaptasi dengan lingkungan dan komunitas barunya.

Masa pengenalan akan lingkungan, saling mengenal antarpribadi ini, para frater menyebutnya dengan masa monsolidasi. Masa di mana para frater dari masing-masing keuskupan dipertemukan di Wisma Keuskupan Surabaya untuk mengadakan Safari Panorama Keuskupan Surabaya, hingga tiga bulan pertama di Seminari Tinggi Tahun Orientasi Rohani.

Budaya, bahasa, yang berbeda menjadi tantangan para frater dalam tahap konsolidasi ini. Akan tetapi, semua tantangan itu bisa disikapi dengan baik oleh para frater. Hingga akhirnya para frater pun harus kembali melihat langkah awal, motivasi sebelum memutuskan jalan yang panjang ini. Seluruh kegiatan pada masa konsolidasi ini ditutup dengan retret yang diadakan di Dharmaningsih dengan pembimbing RP Anton Rosari SVD.

Senin, 3 November 2014, pukul 14.00 WIB, para frater berangkat dari Seminari Tinggi Tahun Rohani menuju Dharmaningsih.  Di sana para frater disambut hangat oleh Suster Abdi Roh Kudus (SSpS). Hari ini juga dimulai sesi pertama, di mana para frater diajak untuk mengenal apa itu retret dan sebagainya. Retret: Lahir Kembali. Peralihan, dari manusia lama menjadi Manusia Baru. Kurang lebih, begitulah Romo Anton memberi penjelasan awal kepada para frater.

Pengalaman demi pengalaman Romo Anton menjalani panggilan hidupnya sangat membantu para frater dalam menghayati retret kali ini.  Mulai dari melihat pengalaman, pengalaman akan Allah, melihat konflik dan penyelesaiannya, melihat Roh Kudus yang bekerja, hingga bisa menemukan diri . Ternyata, setiap pengalaman yang kita dapatkan setiap hari adalah pengalaman akan Allah sendiri jika kita bisa melihatnya dari sudut pandang iman. Semua pengalaman yang awalnya biasa itu akan menjadi pengalaman yang sungguh luar biasa, karena Allah ada di dalamnya.

Retret yang berjalan selama lima hari ini sangat membantu para frater untuk mengenal diri dan melihat rencana Allah yang ada dalam hidup mereka. Terkadang dalam menjalani panggilan ini, para frater dihadapkan dalam disposisi batin yang tidak menentu. Pasang dan surut dalam menjalani panggilan sering dialami oleh para frater. Namun, Romo Anton mengajak para frater untuk tetap bertahan pada gurun pasir yang panjang. Karena suatu saat dalam perjalanan yang panjang itu, para frater akan menemukan sebuah oase dalam perjalanan menapaki gurun pasir tersebut.

Semoga dengan retret penutupan masa konsolidasi ini, para frater dapat mengambil sikap dalam panggilannya. Perjalanan yang panjang, rintangan yang bertubi-tubi akan menjadi sahabat dalam perjalanan hidup panggilan. Melengkapi diri dengan senjata rohani (doa, ekaristi, meditasi, lectio divina) akan membantu dalam menemukan oase panggilan, titik di mana para frater akan mendapatkan penyegaran, penghiburan, dan sukacita yang tentunya dari Allah sendiri. Semangat Frater!!

(Yustinus Fendi HS)

No comments:

Post a Comment