Oleh RD I.Y. Sumarno
Jumat, 3 Oktober 2014. Sekitar pukul 14.30 WIT tiba di Bandara Tanimbar, peserta Munas Unio Indonesia disambut masyarakat/umat yang besar jumlahnya. Mereka mengantar kami masing-masing ke tempat live-in. Saya bersama RD Gregorius dari Atambua mendapat tempat di Stasi Wowonda, Paroki Maria Bintang Laut, Tanimbar.
Setelah tiba di Stasi Wowonda, pukul 15.30, kami berdua disambut umat, diberi upacara dan pengalungan syal. Kemudian semua umat menari sambil menggandengan tangan kami masing-masing. Sepanjang jalan sekitar tiga kilometer kami bergandengan tangan dan menari: maju dua langkah dan mundur tiga langkah, tari Wayase. Setelah sampai di gereja kami istirahat sejenak.
Saya mendapat tempat di keluarga Bapak Romroman. Saya dijemput Bapak Romroman berserta ibu. Setelah tiba di rumah, disambut dua anak laki-laki: Justin dan Marco plus bibinya.
Sekitar pukul 18.00 kami Misa Jumat Pertama setelah mandi dan makan 10 menit. Misa lancar dilanjutkan Doa Rosario dan ditutup dengan pendalaman iman. Ada dua tempat di Gereja, saya yang memberi pendalaman iman dan RD Gregorius di tempat lain. Kami sudah lelah tapi kami senang dengan acara yang padat.
Sabtu, 4 Oktober 2014. Misa kudus pukul 06.00 meski umat sedikit karena tidak biasa misa harian kami tetap misa. Setelah sarapan kami berkunjung ke empat sekolah yang ada di Wowonda. SMP Negeri-Katolik (Nekat), SD Nekat, TK Katolik, dan PAUD. Ada yang menarik saat kunjungan di SMK Nekat. Kami diminta memberkati seluruh ruangan karena sering terjadi siswa kesurupan. Semua guru dan kepala sekolah serta rombongan umat yang menyertai kami berkumpul dan berdoa.
Setelah selesai doa, kami memerciki dengan air suci semua yang hadir dan ruangan. Siang hari jam 12.30 selesai kunjungan.
Pukul 13.00 kami rekreasi bersama di pantai. Semua rukun (10 rukun/lingkungan) naik kapal kecil menuju tempat rekreasi. Saya juga naik perahu. Setelah sampai di pantai kami diminta berkenalan dengan penghuni pantai. Kami bersama beberapa tua-tua ke dalam hutan dan di sana ada sumber air dan saya diminta minum air yang diambil dari tempurung kelapa. Kami berdua minum dan bahkan saya cuci muka. Biar awet muda.
Umat dan anak-anak, tua-muda semua bergembira, mandi di pantai, bermain bola. Setelah cukup lalu kami makan siang. Kami diberi piring dan diminta berkeliling ke 10 rukun yang duduk berkelompok-kelompok. Sambil berkeliling kami mencicipi makanan yang dibawa mereka masing-masing. Wah, sangat kenyang, perut seperti mau meletus. Setelah makan masih dilanjutkan acara lomba lari tiap-tiap rukun, foto-foto tiap rukun atau perorangan.
Sekitar pukul 16.00 kami semua pulang dengan berjalan kaki, sekitar 3 kilometer naik dan turun gunung kecil. Rencana semula berangkat naik perahu, pulang juga perahu. Tapi air laut kering dan kalau nunggu pasang bisa jam 18.00 atau 19.00. Wah, kemalaman. Maka, diputuskan jalan kaki saja bersama-sama. Capek belum pulih sekarang harus jalan kaki lagi.
Ada undangan di balai desa untuk semua warga. Acara Malam Minggu, Berdansa Ria. Setelah makan malam di rukun atas dengan menu daging babi dan ubi dimasak di atas batu yang membara dan ditutup dengan daun pisang, kurang lebih 3-4 jam, semua makanan sudah masak. Kami mencicipi dan betul wuenaaak tenan... disertakan minum tuwak (sepi tipis-tipis).
Sekitar jam 20.00 kami menuju ke balai desa untuk acara malam Minggu. Acara dansa OMK sampai jam 02.00 lalu kami semua OMK istirahat.
Minggu, 5 Oktober 2014. Misa Kudus bersama umat semua di gereja dengan konfigurasi adat budaya plus tarian dan persembahan. Misa berjalan meriah selama 2,5 jam. Tampak perpaduan budaya tari dan menyanyi oleh rombongan penari. Bagus, rapi, dan kompak.
Ada yang aneh, umat hadir 900 orang tapi tidak ada asisten imam. Jadi, kami berdua membagi komuni sampai kejang-kejang tangan kami. Tidak hemat waktu. Tapi umat punya alasan. Mereka tidak puas menerima komuni dari tangan umat/asisten imam dan harus dari tangan romo.
Pukul 13.00 kami siap-siap bersama-sama rombongan umat ke alun-alun/lapangan Saumlaki. Di sana berkumpul semua umat dari semua paroki di Tanimbar. Jalanan Kota Saumlaki penuh sesak oleh konvoi umat beserta kendaraan yang dibawa, suara bising oleh kendaraan dan bunyi genderang dan nyanyian umat di atas kendaraan tanpa atap (terbuka).
Setelah mendekati Lapangan Saumlaki kami semua turun dari kendaraan dan berjalan ke Aula Besar milik Wisma Unio, konon dibangun oleh dana pemerintah setempat. Kami para imam bersiap-siap di aula tersebut, sambil minum ringan.
Mendekati pukul 17.00 rombongan penari dan Patung Kristus Raja diarak dengan tandu menuju lapangan. Para imam mengikuti di belakang rombongan penari. Misa akbar dengan konselebran utama Uskup Timika Mgr John Saklil didampingi Ketua Unindo dan Pastor Kepala Paroki Saumlaki. Imam yang hadir 42 romo diosesan dan umat kira-kira 10.000 umat. Setelah misa ada makan malam bersama bupati, kepolisian, undangan VVIP pemerintahan dll di Wisma Unio, aula besar. Dan umat makan di tenda-tenda yang ada.
Sekitar jam 20.00 pulang ke Wowonda. Tapi masih menunggu satu acara: perpisahan dengan umat. Jam 22.00 acara perpisahan digelar. Tarian dan minum untuk semua umat yang hadir. Kami doa terus, moga tetap sehat dan kuat. Acara selesai jam 02.00 kami pulang tapi umat/OMK masih terus dansa ria sampai jam 03.00.
Senin, 6 Oktober 2014. Setelah sarapan pagi kami siap-siap kembali ke Bandara Tanimbar menuju Ambon. Tapi kami harus pamitan, dengan tiap-tiap ketua rukun/lingkungan yang akan datang ke tempat kami menginap. Di balai bengong sambil minum, makan ringan, ngobrol dan foto bersama, kami berpamitan dengan mereka.
Setelah dibuka dengan doa bareng, jam 13.00 rombongan berangkat ke bandara. Konvoi arak-arakan mulai bergerak menuju bandara. Tiba di bandara, rombongan kami umat Wowonda terus menari tak kunjung berhenti, seakan tak rela kami berpisah. Sekitar 200 orang menggelora larut dalam nyanyian dan tarian.
Pukul 15.00 pesawat tiba dan kami para imam terbang kembali ke Ambon. Sayonara umat Wowonda dll, KepulauanTanimbar. Sekitar jam 17.15 kami tiba di Ambon (2 jam 15 menit). (*)
No comments:
Post a Comment