Saturday, January 31, 2015

Baksos Lingkungan Benedictus Ngagel ke Stasi Tritik Nganjuk

Pagi itu, Minggu 7 Desember 2014, cuaca kota Nganjuk sebenarnya sempat mendung dan gerimis. Tetapi rupanya cuaca yang kurang bersahabat itu tidak mengurangi semangat dan keceriaan umat Lingkungan St. Benedictus, Paroki Ngagel, Surabaya, untuk melaksanakan bakti sosial di Stasi Tritik. 

Dengan menggunakan satu bus besar dan dua mobil, rombongan memasuki kota Nganjuk sekitar jam 08.30. Syukur kepada Allah, gerimis yang sejak pagi membasahi Nganjuk sudah reda saat rombongan tiba di halaman sebuah pabrik di wilayah Guyangan untuk istirahat sejenak. Di halaman pabrik itu, rombongan diterima Bapak Cosmas Budi Rahardjo, warga Paroki Nganjuk, yang beberapa minggu sebelumnya memang sudah dikontak terlebih dahulu oleh Bapak Lauw Hendra sebagai ketua Lingkungan St. Benedictus, Paroki Ngagel untuk membantu dan mendukung kegiatan bakti sosial itu. 

Setelah istirahat sejenak dan memindah-mindahkan barang-barang bantuan dari bagasi bus ke mobil boks, akhirnya rombongan bersama-sama berangkat ke Stasi Tritik dengan menggunakan beberapa mobil kecil. Jarak Guyangan ke Tritik yang kurang lebih 16 km ditempuh rombongan selama kurang lebih 45 menit. Separuh lebih perjalanan itu, ditempuh rombongan dengan melewati jalan-jalan yang rusak dan berbatu, serta harus melewati daerah perbukitan membelah hutan-hutan jati milik perhutani. Kondisi jalan yang rusak itulah yang menyebabkan lamanya waktu tempuh ke Tritik. 

Di Tritik, rombongan disambut oleh Ibu Sampun (istri dari ketua stasi Tritik) dan beberapa umat. Mereka tiba di Tritik setengah jam sebelum misa dimulai pada pukul 10.00. Kebetulan, hari itu memang giliran Stasi Tritik ketempatan misa kekehan (gangsing) dalam siklus putaran layanan misa bersama dengan Stasi Gondang, Rejoso, dan Jatikampir. Waktu yang ada itu mereka gunakan untuk menurun-nurunkan bingkisan dan barang-barang yang akan disumbangkan dan mempersiapkan teknis pembagiannya. 

Sebagian besar yang lain, sudah duduk rapi di dalam kapel mempersiapkan hati untuk mengikuti misa hari Minggu Adven II. Mendekati jam 10.00, rombongan RD Leo Giovani bersama dengan beberapa dokter tiba di Tritik. Demikian pula menyusul rombongan umat dari Stasi Jatikampir, Rejoso, dan Gondang. Misa dimulai jam 10.00 dengan menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan lagu-lagunya menggunakan lagu bahasa Jawa. Sebenarnya hari itu Stasi Tritik memang mendapat giliran misa  bahasa Jawa, sehingga petugas-petugas liturgi dan petugas koor sudah mempersiapkannya dengan menggunakan bahasa Jawa.

 Persiapan koor yang dirasa kurang dan lagu bahasa Jawa yang mungkin masih terdengar asing di telinga saudara-saudara dari Surabaya, barangkali sedikit banyak memang mengganggu kelancaran jalannya ekaristi siang itu. Tetapi bagaimanapun juga rasa syukur yang mendalam karena boleh berbagi dan menerima berkat dari Tuhan, tetap terungkap dengan jelas dalam keseluruhan ekaristi siang itu. 

Dalam homilinya, RD Leo Giovani sempat mengingatkan umat untuk terus mengusahakan hidup yang lurus dengan menutup lubang-lubang ucapan, perilaku dan sikap hidup negatif yang barangkali selama ini masih ada. Itulah salah satu bentuk persiapan dan penantian menyambut kelahiran Tuhan Yesus selama masa Adven. Di akhir misa, Ibu Lisa Soegiharto sebagai ketua panitia bakti sosial dan Bapak Subono sebagai wakil dari umat Stasi Tritik, Gondang, Rejoso dan Jatikampir, serta RD Leo Giovani, sempat menyampaikan sambutan-sambutannya. 

Setelah misa, acara dilanjutkan dengan kegiatan bakti sosial berupa pelayanan pemeriksaan dan pengobatan gratis oleh dokter-dokter dan paramedis dari Paroki Nganjuk, pembagian bingkisan untuk warga desa Tritik, pembagian bingkisan untuk umat Tritik, Gondang, Rejoso dan Jatikampir, penyerahan bantuan pakaian pantas pakai untuk keempat stasi dan paroki; penyerahan bantuan 3 unit wireless untuk Stasi Tritik, Jatikampir dan Gondang.

Ada juga penyerahan bantuan wireless untuk Masjid Tritik; penyerahan dua lemari pakaian dan buku untuk Stasi Tritik dan Rejoso; serta penyerahan bantuan pasang meteran listrik, gorden dan toilet duduk untuk Stasi Tritik.  Bersamaan dengan itu, umat yang lain menikmati makan siang bersama dengan menu sederhana ala Desa Tritik. Nampak sekali terungkap rasa syukur dan terima kasih yang mendalam dari semua pihak, terutama dari umat Stasi Tritik, Gondang, Rejoso dan Jatikampir serta warga yang menerima bingkisan. 

Sebelum pulang, warga Lingkungan St. Benedictus, Ngagel, menyempatkan berfoto bersama dengan RD Leo Giovani di depan kapel dilanjutkan penyerahan bantuan uang tunai untuk pembangunan balai pertemuan Stasi Loceret yang diterima langsung oleh RD Leo Giovani. (Cosmas Budi Rahardjo)


HUT ke-84 Paroki Kristus Raja Surabaya

Berikan Hati Ulurkan Tangan, Kita Wujudkan Kelompok Kecil Umat Yang Misioner. Inilah tema yang menjiwai seluruh  Rangkaian Perayaan HUT ke-84 Paroki Kristus Raja Surabaya. Beragam kegiatan diselenggarakan sejak bulan Juli hingga November 2014 agar umat dapat  memaknai HUT paroki lebih mendalam.  Kalau tahun 2013, panitia HUT dipegang oleh para ketua lingkungan, maka tahun 2014 ini para wakil ketua lingkungan dipercaya sebagai panitia. Dengan demikian, semakin banyak orang diberi peluang untuk bertanggung jawab dalam kegiatan di tingkat paroki. 

Selain menindaklanjuti tema keuskupan tentang Kelompok Kecil Umat, paroki yang sejak berdiri dikelola oleh romo-romo CM ini mau lebih mengenal Santo Vinsensius a Paulo, pendiri CM, serta memahami spiritualitasnya. Ini dilakukan dengan Novena St Vinsensius selama sembilan Kamis berturut, dan materi untuk Kuis Temu Krida. 

Menurut Herman Josep Sutrisno, Ketua Umum HUT Paroki, seluruh rangkaian kegiatan yang diadakan berusaha sebanyak mungkin melibatkan umat baik anak-anak, Rekat, OMK, keluarga maupun lansia. Umat tidak hanya terlibat sebagai peserta lomba tetapi juga memberikan hati dan mengulurkan tangan sebagai panitia pendukung, khususnya kaum muda. Hal ini merupakan kesempatan yang baik  karena  kaum muda   dapat  menimba pengalaman dan belajar untuk  menyelenggarakan kegiatan, belajar  memimpin dan siap kaderisasi tugas  pelayanan di paroki untuk masa mendatang.

Rangkaian kegiatan yang diselenggarakan  antara lain  lomba lektor,  pemazmur, koor, pewarta cilik,  temu krida Rekat, temu krida umum, mural rohani, rujak cingur,  sandal bakiak,  merias wajah, fashion batik, vocal group, bulutangkis, tarik tambang,  futsal,  mewarnai,  becak hias. Tak ketinggalan seminar, novena, jalan sehat, donor darah, baksos, dan kerja bakti. Hadiah untuk  lomba-lomba diserahkan saat Malam Pentas Seni HUT KR ke-84 pada 22 November 2014 di Gedung KR.

Malam Pentas Seni menampilkan unjuk kebolehan dari umat 8 wilayah di KR, SMK Mater Amabilis, Stanislaus I dan II. Inti dari semua tampilan acara adalah pemberian diri  tanpa memandang kaya atau miskin, tradisional atau  modern, tua atau muda, besar atau kecil, kuat atau lemah, semuanya merupakan kado yang terindah untuk  Tuhan apabila disertai dengan pengorbanan, ketulusan hati dan sukacita. 

Di Ruang Kaca Gedung KR juga diselenggarakan  Pameran Lukisan dengan tema Seni Bukti Kasih Sayang. Pameran ini merupakan wujud keterbukaan Paroki KR kepada seluruh elemen masyarakat. Seni memang bisa  menjadi jembatan solidaritas tanpa terbelenggu hal-hal yang selama ini dianggap tabu. Suku, ras, atau agama bisa dirangkul secara harmonis sebagai satu kesatuan indah dan wujud kasih sayang sesama manusia. Panitia bekerja sama dengan Surabaya Art Event dan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW). Para seniman yang unjuk karya malah mayoritas muslim.  

Sejumlah karya seni rupa dipamerkan. Ada yang berupa lukisan dan grafis.Beberapa berwujud patung. Selain itu, beberapa foto dinamika kegiatan lingkungan di Paroki KR misalnya saat pemberkatan rumah, doa lingkungan, pemakaman, dll   ikut mengisi ruang pameran.

Misa Syukur merupakan puncak perayaan HUT ke-84 Paroki Kristus Raja, Minggu, 23 November 2014, pukul 09.00, bertepatan dengan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Misa Syukur dipimpin oleh Romo Antonius Sad Budianto CM didampingi Romo Rahmat CM, Romo Ignatius Suparno CM, Romo Emanuel Tetra Vici Anantha CM dan Romo Thomas Puji Nurcahyo CM (Romo Kepala Paroki St. Marinus Yohanes Kenjeran).
Dalam homilinya, Romo Sad Budi CM menyampaikan bahwa di tengah-tengah irama dan aktivitas kehidupan modern yang padat dan panjang, Kristus harus tetap meraja dalam kehidupan kita baik dalam keluarga, pekerjaan, karya pelayanan, studi, pergaulan maupun hidup kerohanian. Kristus pun harus meraja dalam kehidupan para imam agar semakin rendah hati dan terbuka bekerja sama dengan umat. Kesibukan seringkali membuat orang menomorsekiankan kehidupan rohani dan menggereja.  Padahal, tanpa Tuhan kita tak mungkin selamat. 

Orang tua sejak dini perlu menekankan kehidupan rohani pada anak-anaknya agar Kristus meraja dalam hidup anak-anak hingga dewasa kelak. Keterlibatan umat dalam hidup menggereja semakin hari semakin surut, padahal setiap orang yang sudah dibaptis dipanggil untuk turut serta dalam tugas penggembalaan Kristus  bersama para imam. 

Untuk menghidupkan semangat rohani umat dan keterlibatan dalam  kehidupan menggereja  dengan semangat Kelompok Kecil Umat, maka Paroki Kristus  Raja  memekarkan 8 wilayah menjadi 16 Wilayah, dan 48 lingkungan menjadi 64 lingkungan. Ini merupakan babak baru, bukan hal yang mudah dan membutuhkan pengorbanan. Namun, penataan ini harus dilalui sebagai bentuk tanggungjawab kepada Kristus Sang Raja. Penataan ini diharapkan dapat merangkul semakin banyak umat agar tergerak, peduli, dan terlibat  pada kehidupan menggereja sehingga Kristus meraja dalam hidup mereka. 

Setelah homili,  diadakan pelantikan para ketua dan wakil ketua wilayah/lingkungan baru. Romo Sad Budi CM mengucapkan terima kasih atas kesediaan mereka menjadi pengurus dan memberikan apresiasi  karena mereka dengan rela mau menanggapi cinta Tuhan, ambil bagian dalam tugas penggembalaan Kristus  dan berani berkorban, sementara umat sering kali kurang tanggap terhadap tugas penggembalaan mereka. Mereka juga tidak kenal putus asa dan lelah walaupun harus membagi waktu antara keluarga, pekerjaan dan karya pelayanan. Mereka berusaha setia menanggapi panggilan Tuhan.
    
Setelah misa syukur diadakan pesta umat bersama di Gedung Kristus Raja. Acara berupa pemotongan tumpeng dan kue tar oleh Romo Sad Budi. Selanjutnya makan siang bersama. (*)